ENREKANG, DISPUSTAKA- Sumpah Pemuda yang diikrarkan pemuda pada tahun 1928 dimaknai sebagai soliditas perjuangan kebangsaan yang bersatu dan merdeka, semangatnya terus diaktualisisasikan oleh pemuda hingga saat ini dengan beragam perisitiwa dan ikhtiar yang tranformatif. Salah satu wajah yang ditampilkan pemuda hari ini ialah perannya dalam dunia industri kreatif.
Saat dunia teknologi kian berkembang, anak muda pun tampil terdepan dalam mengoperasikannya. Ini dapat disimak pada keterlibatan kaum muda dalam industri digital yang saat ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Perubahan yang tejadi di dunia maya tersebut secara signifikan mennciptakan ruang baru bagi generasi muda untuk menunjukkan eksistensinya. Ada banyak kreatifitas dan inovasi yang lahir berkat generasi milenial.
Ulasan singkat diatas mengemuka dalam Diskusi Kepemudaan yang digelar bersama oleh Kulimaspul.com, Gerakan Pemasyarkatan Minat Baca (GPMB) Enrekang, HIMA BK STKIP Muhammadiyah Enrekang di Perpustakaan Umum Enrekang (28/10/2017). Kegiatan yang dipelopori oleh anak-anak muda ini direspon secara positif oleh DISPUSTAKA Enrekang, yang turut mendukung penuh acara tersebut.
Kehadiran para pemuda berdiskusi di Perpustakaan Umum Enrekang, juga menghadirkan ruang berbincang lebih dalam terkait literasi dan kepemudaan. Apalagi tema yang dibahas kali ini yakni “Generasi Muda dan Literasi”. Dengan mengajak dua pengajar muda yang bergelut di bidang literasi sebagai pemantik diskusi.
Peserta yang hadir berasal dari mahasiswa dan pelajar di Kota Enrekang. Secara interaktif, mereka melontarkan argumen-pendapat mengenai kondisi kekinian kamu muda. Mereka merabah-rabah apa yang idealnya dikerjakan sebagai generasi milenial untuk negeri ini.
“Tidak ada gambaran ideal untuk generasi milineal, tetapi generasi ini musti menggunakan daya tanggap dan kecepatannya untuk hal-hal yang kreatif dan produktif”, ajak Adamry Muis, salah seorang pembicara dalam diskusi.
Adamry Muis pun menyinggung peran pemuda pada lembaga pemerintahan dan lembaga negara lainnya, dimana nuansa kaku dan baku (pakem) yang cenderung melekat dapat disegarkan oleh kehadiran anak-anak muda yang bekerja ditempat itu. Dan menurutnya, anak muda sudah mulai tampak melakukan transformasi di beberapa tempat. Sebabnya, ia mendorong agar lebih banyak generasi muda mengisi lembaga-lembaga penting, termasuk perpustakaan.
Sementara pembicara lainnya, Jabal Rahmah, melihat dikotomi antara pemuda kota dan pemuda desa tidak lagi berjarak lebar manakala pengetahuan dapat terakses merata. Ia pun lebih meniliknya pada konstribusi apa yang pemuda dapat berikan untuk bangsanya. Baginya pemuda yang berada di desa tidak perlu beranjak dari sana, karena pembangunan saat ini membutuhkan peran pemuda.
Merespon hal itu, moderator Musdin Musakkir, diakhir diskusi mengajak pada peserta untuk mempersiapkan diri dengan kemampuan literasi. Simpulnya, literasi merupakan modal dasar untuk menghadapi berbagai tantangan pada era saat ini.