Pekan Literasi 2013 secara resmi dibuka Bupati Enrekang Muslimin Bando pada Selasa, 21 Februari 2023 di Perpustakaan Umum Kabupaten Enrekang. Kegiatan yang kembali diadakan ini, setelah 3 tahun sebelumnya ditiadakan karena alasan pandemi covid-19, akhirnya kembali dapat diikuti oleh masyarakat Enrekang. Setiap tahunnya, dimulai sejak 2017, Pekan Literasi mengangkat tema yang berbeda dengan berdasarkan wacana maupun visi yang akan dilakukan.
Tahun ini, tema yang diangkat ialah “Menyelami Identitas”. Pemilihan tema ini merupakan bagian dari proses untuk mengajak para stakeholder dan masyarakat untuk melihat dan mengenali identitas lokal sebagai manusia Massenrempulu. Dari konteks literatur, kajian atau riset yang terkait dengan Suku Massenrempulu masih dianggap terbatas. Sementara perpustakaan punya peran untuk menghidupkan upaya menyelami identitas Massenrempulu itu dalam berbagai event literasi dan praktik dokumentasi melalui penulisan. Upaya sederhana tersebut mulai dilakukan dengan mengapresiasi karya terkait Massenrempulu di Perpustakaan Umum Kabupaten Enrekang.
Hal tersebut kemudian diwujudkan pada pembukaan Pekan Literasi 2023 dengan meluncurkan buku “Jejak Arsitektur Rumah Duri” Karya Zulkarnain AS. Seorang Doktor muda di bidang arsitektur yang berdarah asli Enrekang. Bukunya itu kemudian menjadi pemantik diskusi bagi para peserta yang dihadiri para pimpinan OPD, camat, lembaga riset, komunitas adat, akademisi/guru, pegiat literasi, dan mahasiswa dari Enrekang dan Makassar. Menjadi istimewa pula, sebab karya Zulkarnain AS ini diikuti secara penuh oleh Bupati Enrekang dan Ketua PKK Enrekang.
Kepala Dispustaka Enrekang Hj. Darmawaty Anto dalam sambutannya menyampaikan bahwa dalam rangka Hari Ulang Tahun Ke-63 Kabupaten Enrekang, Dispustaka Enrekang mengadakan kegiatan Pekan Literasi dengan beberapa kegiatan yang diadakan selama 3 hari. Ia menganggap hadirnya buku karya penulis dari Enrekang ke depannya dapat membawa nama Kabupaten Enrekang melalui etnis dan budayanya dan tentu melalui perpustakaan.
Darmawaty pun melaporkan kepada Bupati Enrekang mengenai perkembangan Perpustakaan Enrekang yang sudah mulai mengemuka. Menurutnya, hal ini didukug dengan adanya promosi melalui media online, dan ditandai pula dengan kunjungan-kunjungan dari berbagai sekolah.
“Mudah-mudah dengan promosi-promosi ini sehingga Perpustakaan Enrekang bisa dikenal bukan hanya sebagai tempat membaca, tapi seperti yang disebutkan bagaimana perpustakaan berbasis inklusi sosial”, ujarnya.
Sementara itu Bupati Enrekang dalam sambutannya menyampaikan bahwa melihat buku Jejak Arsitektur Rumah Duri ini adalah salah satu upaya bagaimana perpustakaan berupaya keras untuk menghadirkan satu budaya di Indonesia yang dapat dikenal yaitu suku bangsa Massenrempulu. Ia pun mengajak para peserta untuk mulai mengenalkan atau menulis suku Massenrempulu di setiap lini. Menurutnya perlu untuk melihat apa yang dimiliki Enrekang sehingga mendapat pengakuan sebagai suku.
Ia juga menjelaskan bahwa Enrekang memiliki masyarakat yang telah dihimpun dalam sebuah organisasi masyarakat Massenrempulu yakni HIKMA, yang tersebar di berbagai provinsi. Bahkan menerangkan bahwa dalam setahun ia telah mengunjungi 17 provinsi dan kabupaten Kota dalam acara HIKMA.
“Persoalannya, Maspul ini suku bangsa, ini belum mendapat pengakuan. Tetapi memang kalau tidak salah, tidak serta merta mendapat pengakuan Undang-Undang, tetapi kalau sudah membudaya bahwa ada namanya suku Maspul, maka itulah suku kita”, ujarnya.
Lebih Lanjut ia menyinggung bahwa sebaiknya untuk ke depannya, tarian seperti tari 4 etnis yang selama ini mewakili Etnis Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar, mulai menampilkan tarian khas dari Duri, Enrekang dan Maiwa. Termasuk pula ia menyinggung bahwa pengunaan warna ungu sebagai identitas Enrekang harus mulai dikenalkan.
“Mungkin tidak sadar kita apa maksudnya Pak Bupati membranding kabupaten Enrekang dengan warna ungu. Untuk cepat kita diakui bahwa ada namanya suku Massenrempulu, ciri khasnya warna ungu,” ujarnya.
Menurutnya semua itu harus dimulai dari orang Enrekang sendiri, karenanya ia menghimbau agar seluruh kepala dinas harus dijiwanya ungu. Sebab lahirnya kabupaten Enrekang memang terdapat lambang dengan warna Lakamummu (ungu) di dalamnya.
“Saya berharap untuk mengantar suku Massenrempulu, mari kita satukan, kalau bisa baju seragam ada ungunya sehingga kalau ke Makassar, ada pertemuan Sulsel kita ditahu kalau ada ungunya pasti dari Enrekang,” harapnya kepada Ibu PKK dan para peserta.