Untuk lebih mengembangkan layanan perpustakaan di desa, Dispustaka Enrekang kembali menggelar Bimbingan Teknis Strategi Pengembangan Perpustakaan dan TIK Untuk Layanan Perpustakaan yang mendorong Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Kegiatan ini mengundang 19 perpustakaan desa yang selama ini telah dibina dan disupport dengan bantuan komputer. Selain itu terdapat 4 perpustakaan Desa yang baru direplikasi dan mendapatkan support perangkat komputer masing-masing 4 unit untuk mendukung transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, Perpustakaan Nasional RI. Empat perpustakaan desa tersebut yaitu Perpusdes Taulan, Perpusdes Tampo, Perpusdes Lunjen dan Perpusdes Langda.
Selama 3 hari (23-25 Juli 2019), pengelola perpustakaan dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan dalam menererapkan strategi pengembangan perpustakaan umum desa (perpusdes) berbasis inklusi sosial. Di antara strategi yang diberikan yaitu peningkatan layanan informasi melalui buku, komputer dan internet, pelibatan masyarakat di perpustakaan, dan advokasi dan kemitraan untuk pengembangan perpusdes. Melalui ketiga strategi ini, perpudes diarahkan lebih inklusif dan aktif dalam memfasilitasi masyarakat belajar dan berkegiatan di perpusdes.
Karena itu, perpusdes tidak hanya memfasilitasi kelompok pelajar saja, tetapi juga masyarakat seperti petani, pelaku UMKM, perempuan, pemuda serta disabilitas dapat merasakan kebermanfaatan dari layanan perpustakaan. Demikian halnya, literasi yang disampaikan fasilitator tidak lagi hanya berfokus pada dorongan keberaksaraan semata, tetapi literasi untuk kesejahteraan atau literasi untuk orang desa (adult literacy) juga merupakan agenda yang saat ini mulai digerakkan oleh perpustakaan dalam mengurangi kemiskinan (informasi) dan mendukung pembangunan nasional.
Selain itu, dalam bimtek TIK untuk layanan perpustakaan, peserta diberi contoh dan metode dalam memfasilitasi masyarakat belajar komputer dan internet dasar. Materinya seperti pengantar komputer dasar, Ms Word, Ms Excel, Internet dan Internet Sehat, Media Sosial, dan Dokumentasi. Setiap sesi yang disampaikan kepada peserta, tujuannya dapat ditirukan pengelola perpustakan nantinya dalam memfasilitasi warga belajar komputer dan internet dasar di perpusdes.
Dalam bimtek ini, fasilitator juga mengarahkan peserta menyusun rencana kerja pada setiap strategi pengembangan perpustakaan. Hal ini diharapkan agar setelah mereka memahami materi, peserta selanjutnya dapat merealisasikan strategi yang diperoleh.
“Pengelola perpustakaan kita arahkan untuk menyusun rencana kerja, sehingga selepas dari bimtek ini mereka dapat melaporkan ke kepala desa hasil bimtek, sekaligus dapat mendorong mereka untuk berkegiatan”, ujar Irsan, fasilitator bimtek.
Sementara itu, Kabid Pengembangan Perpustakaan dan Minat Baca, Herliany, mengajak para pengelola dapat merealisasikan rencana kerja. Baginya sekecil apapun kegiatan yang dilalukan, tapi paling tidak sudah berbuat. Dalam kesempatan itu, ia juga menceritakan bagaimana ia mulanya mengelola perpustakaan daerah dengan koleksi yang terbatas, hingga saat ini sudah berkembang dan sebentar lagi akan punya gedung baru berlantai 4.
“Kuncinya menurutnya adalah keikhlasan dan kemauan untuk mengembangkan perpustakaan. Insya Allah dengan proses itu, dan terus berbuat, perpusdes juga dapat berkembang”, tuturnya kepada pengelola perpusdes dalam sesi penutupan bimtek.