Perpustakaan Nasional Republik Indonesia kembali menggelar kegiatan Safari Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca di Kabupaten Enrekang, 3 Agustus 2018. Beberapa pemateri yang hadir diantaranya Drs. Muh. Syarif Bando, MM (Kepala Perpustakaan Nasional RI), Drs. H. Muslimin Bando, M.Pd (Bupati Enrekang), Andi Tenri Sose (anggota DPRD Provinsi Sulsel), Drs. Yulianto, MM (Kepala Bidang Pengembangan Dinas Perpustakaan Prov Sulsel), dan Drs. Arlansyah (Kepala Dispustaka Enrekang).
Kepala PNRI dalam materinya memaparkan tentang tantangan generasi muda saat ini dalam memanfaatkan teknologi digital. Ia menyoroti banyaknya anak-anak yang kecanduan game, yang pada akhirnya mempengaruhi psikologi anak dalam menjalani kehidupannya kelak.
‘Saya ingin menyampaikan kepada anak-anakku yang masih pelajar, bahwa siapa anda hari ini, itulah anda 15 tahun mendatang, kecuali dengan membaca’, tegas Kepala PNRI yang juga adik Bupati Enrekang ini.
Sementara itu, Andi Tenri Sose mengatakan bahwa tanpa angaran perpustakaan tidak mungkin berjalan sempurna meskipun sistemnya bagus dan perpustakaannya bermutu. ‘Oleh karena itu kami akan siapkan anggaran khusus untuk 2019 nanti lebih mengembangkan perpustakaan’, katanya.
Drs. Yulianto, MM lebih menekankan pada ajakan membaca yang merupakan salah satu amanat dari dasar negara Indonesia. Pesan tersebut mungkin kedengaran klasik, namun penting dan fundamental dalam membawa negara adil dan makmur senstosa, sebagaimana yang juga tercantum dalam lirik mars perpustakaan.
Sementara itu, Drs Arlansyah mengaku bangga atas terselenggaranya kegiatan tersebut karena Enrekang mendapat perhatian oleh Perpustakaan Nasional dalam mendorong masyarakat membaca. Apalagi menurutnya, kehadiran Kepala PNRI yang merupakan putra terbaik daerah tentu dapat memantik peserta untuk mengembangkan perpustakaan dan membudayakan kegemaran membaca.
Dalam kegiatan tersebut turut pula Ibu Ketua PKK Kabupaten Enrekang, Dra.Hj.Sohra Muslimin,M.Pd yang memberikan masukan untuk memajukan kualitas sumber daya manusia di perpustakaan. Ia mencontohkan bagaimana sekolah menugaskan guru bekerja di perpustakaan sekolah sebagai jam tambahan, bahkan dianggap seringkali ‘terpakir’ di perpustakaan.
‘Saya juga pernah diangkat jadi tenaga perpustakaan, hanya karena jam saya sudah berkurang, bayangkan saja mana kualitas yang bisa dicapai dari situ’, ujarnya kepada pembicara.
Dihadapan peserta yang mayoritas guru dan siswa, ia menekankan perhatiannya pada SDM di perpustakaan, sebab menurutnya pengelolaan perpustakaan harus menjadi bagian peningkatan kualitas pendidikan.